Memori ladang irama
Batang kaki tertekuk kaku
Bunga hitam kepala terurai
Bersandar lurus di punggung
Ranting tumbuh berjari ini
Keduanya bersiap
Tubuhpun hadap
Bebani kursi kayu gelap
Di muka telah tertata
Senjata tua bernoda
Jemari pucat kiat
Tekan paku hitam putih
Tiba mendarat diingatan
Masa lalu penuh irama
Ketika piano kumainkan bersama
Dahulu ada kini sirna
Di atas rakit
Ketika empat kaki
Injak
Pijak rakit renta
Di bibir ranu
Sangsi tuk dayung masa
Hanya bola mata
Berlarian hingga cakrawala
Raga masih diam
Hingga terpaan bayu
Buat oling pijakan
Hingga sekejap basah
Akibat terjun pasrah raga
Sesepuh di atas bukit
Bersama bisu dan coba
Mengankat kedua sudut bibir
Ketika kalbu tak ayal miris
“ malas ataukah angkuh benar ?”
Ironi Birokrasi
Sate orde tlah terangkai
Sedap, ada
Pun busuk
Praktek penguasa banyak terukir
Pasal-pasal penyulut api
Ranting-ranting kering terlalap
Satu aksi seribu sanksi
Utusan ranting tak ada gubris
Kuasa absolut pun sempat tergores
Undang-undang, undang serang
Dahulu, ada
Pun kini
Bahkan tak banyak beda
Aparatur sulung, bungsu, atau bayi
Tak pandang procedural
Namun gentar
Berkoar-koar revolusi jadi mau
Tanpa urusi birokrasi
Tusuk demi tusuk sate orde
Terangkum untuk hidangan
Kaum pemuda yang hanya bisa
Toleh masa, tunduk ke dunia
Bapak ibu guru pilot
Bawa kita selam sejarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar